Amerika Serikat sering tampak berfungsi di bawah sistem dua partai. Dalam efek praktisnya, hal ini benar: Setiap tahun, baik Demokrat ataupun Republik telah menduduki Gedung Putih sejak 1852. Bagaimanapun, pada saat yang bersamaan, negara ini telah memunculkan pletora partai ketiga dan minor selama bertahun-tahun. Misalnya, 58 partai merepresentasikan setidaknya ballot satu negara bagian selama pemilihan presiden pada 1992. Partai-partai ini di antaranya terdiri dari Partai Apathy, Looking Back, New Mexico Prohibition, Tish Independent Citizen, dan Vermot Taxpayers.
Partai ketiga diatur dalam satu isu atau serangkaian isu. Mereka terlihat berjalan paling baik saat memiliki pemimpin karismatik. Karena kursi kepresidenan jauh dari jangkauan, kebanyakan mencari rencana kerja untuk mempublikasikan kepentingan politik dan sosial mereka. Theodore Roosevelt. Kandidat partai ketiga yang paling berhasil dalam abad ke-20 adalah seseorang yang berasal dari partai Republik, Theodore Roosevelt yang sebelumnya pernah menjadi presiden. Partai Progresif atau Bull Moose-nya memenangkan 27,4 persen suara pada pemilihan pada 1912. Sayap progresif Partai Republik, yang tumbuh mengecewakan dengan Presiden William Howard Taft, yang dipilih Roosevelt sebagai penerusnya, mendesak Roosevelt untuk mencari nominasi partai pada 1912. Inilah yang ia lakukan, mengalahkan Taft dalam sejumlah pemilihan (di mana pemilih mancalonkan kandidat tertentu). Taft mengontrol mesin partai dan mendapatkan pencalonan. Pendukung Roosevelt kemudian bubar dan membentuk Partai Progresif. Mendeklarasikan dirinya sekuat bull moose (sejenis rusa bertanduk lebar) dari sinilah nama populer partai berasal, Roosevelt berkampanye dalam platform yang mengatur “bisnis besar”, hak pilih wanita, pajak pendapatan berubah secara bertahap, Terusan Panama, dan konservasi.
Usahanya cukup untuk mengalahkan Taft. Dengan membagi suara Republik, bagaimanapun ia membantu kepastian terpilihnya Woodrow Wilson dari Demokrat. Sosialis. Partai Sosialis juga mencapai titik tingginya pada 1912, mencapai 6 persen dari suara rakyat. Kandidat Perennial, Eugene Debs memenangkan hampir 900.000 suara tahun itu, mendukung kepemilikan bersama dari industri transportasi dan komunikasi, jam kerja yang lebih pendek dan proyek pekerjaan publik untuk memacu tenaga kerja. Dituduh melakukan penghasutan selama Perang Dunia I, Debs berkampanye dari balik selnya pada 1920. Robert LaFollette. Progresif lainnya adalah Senator Robert La Folette, yang memenangkan lebih dari 16 persen suara pada pemilu 1924. Pembela petani, pekerja industri dan musuh yang sangat bernafsu bagi bisnis besar, La Follette adalah pengerak utama dari penciptaan dari gerakan Progresif mengikuti Perang Dunia I. Didukung oleh suara pertanian dan pekerja, juga Sosialis dan sisa-sisa Partai Bull Moose Roosevelt, La Follette dijalankan dalam landasan nasionalisasi perkeretaapian dan sumber daya alam negara. Ia juga mendukung secara kuat pajak yang dinaikkan untuk para orang kaya dan hak untuk penawaran kolektif. Ia hanya memenangi negara bagiannya, Wisconsin.
Henry Wallace. Partai Progresif mendirikan dirinya sendiri pada 1948 dengan nominasi Henry Wallace, yang sebelumnya merupakan sekretaris bidang pertanian dan wakil presiden Franklin Roosevelt. Platform Wallace pada 1948 menentang Perang Dingin, Marshall Plan dan bisnis besar. Ia juga berkampanye untuk mengakhiri diskriminasi kaum Afrika-Amerika dan wanita, mendukung upah minimun, dan menyetujui penghapusan Kepanitiaan House akan Aktivitas Non Amerika. Kegagalannya adalah ia tak mau mengakui Partai Komunis AS, yang telah mendukungnya, menurunkan kepopulerannya dan ia hanya mendapatkan 2,4 persen dari suara rakyat.
Dixiecrats. Seperti Progresif, States Rights atau Partai Dixiecrat yang dipimpin oleh Gubernur Carolina Selatan, Strom Thurmond, muncul pada 1948 sebagai anak perusahaan dari Partai Demokrat. Perlawanannya berakar dari platform hak-hak sipil Truman. Walaupun ditegaskan dalam istilah “states rights” atau hak negara bagian, tujuan partai ini adalah melanjutkan segregasi rasial dan hukum “Jim Crow” yang mendukungnya. George Wallace. Pergolakan rasial dan sosial pada 1960-an membantu naiknya George Wallace, gubernur Selatan lain yang menganut paham segregasi, menjadi perhatian publik. Wallace membangun pengikut melalui serangan yang beragam melawan hak-hak sipil, liberal dan pemerintah federal. Mendirikan Partai Independen Amerika pada 1968, ia menjalankan kampanyenya dari gedung pemerintahan di Montgomery, Alabama, memenangkan 13,5 persen dari suara keseluruhan.
H. Ross Perot. Setiap partai ke tiga ingin menekankan ketidakpuasan umum partai besar serta pemerintah federal. Beberapa kali dalam ejarah masa kini, bagaimanapun, sentimen ini tetap sekuat selama pada masa pemilihan pada 1992. Perot yang merupakan pebisnis Texas yang kaya raya, memiliki ketangkasan untuk membuat pesannya akan perekonomian akal sehat dan kebijakan fiskal sampai kepada banyak orang. Pengecam pemimpin nasional dan menurunkan pesan perekonomiannya menjadi formula yang mudah dimengerti, Perot memiliki sedikit kesulitan dalam mendapatkan perhatian media. Kampanye organisasinya, Bersatu Kita Teguh (United We Stand) memiliki anggota yang umumnya adalah sukarelawan dan didukung oleh uangnya sediri. Bukannya malah membenci kekayaannya, banyak yang mengagumi kesuksesan bisnis Perot dan kebebasan yang membawanya dalam mengumpulkan dana kampanye kepentingan khusus. Perot mundur dari perlombaan pada bulan Juli. Masuk kembali sebulan sebelum pemilihan, ia memenangi 19 juta suara sebagai pemegang standar Partai Reformasi, hampir 19 persen dari total yang telah diperkirakan. Sejauh ini, angka tersebut adalah yang terbesar yang pernah didapatkan oleh kandidat partai ke tiga dan hanya kalah dari Theodore Roosevelt pada 1912 dari seluruh total suara.
0 comments "KANDIDAT INDEPENDEN DAN PARTAI KETIGA", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment