Walaupun 1920-an adalah era sejahtera di Amerika bila dibandingkan dengan masa-masa lainnya, para pekerja di industri baja, mobil, karet, dan tekstil kurang dapat merasakan kesejahteraan seperti yang kelak mereka rasakan setelah Perang Dunia II. Kondisi pekerjaan di sejumlah besar industri memang membaik. Beberapa perusahaan pada era 1920-an mulai memiliki institusi “kapitalisme kesejahteraan” dengan menawarkan pekerja berbagai jenis rencana pensiun, pembagian hasil keuntungan, opsi saham, dan program kesehatan untuk menjaga kesetiaan karyawan. Tetapi lingkungan kerja di pabrik sering terasa sangat keras dan otoriter. Dalam era 1920-anlah industri produksi massal melipatgandakan usaha mereka untuk menghindari tumbuhnya perserikatan pekerja, yang pernah mencicipi kesuksesan pada Perang Dunia I di bawah bendera Federasi Buruh Amerika (American Federation of Labor—AFL). Mereka melakukannya dengan menggunakan mata-mata dan pemecah pemogokan bersenjata, serta memecat mereka yang dicurigasi sebagai simpatisan serikat pekerja. Serikat pekerja independen sering dituduh berpaham komunis. Sementara itu, banyak perusahaan yang membentuk organisasi untuk mewadahi karyawan mereka sendiri, yang sering disebut “serikat pekerja perusahaan.” Biasanya badan legislatif negara, merefleksikan pandangan rakyat kelas menengah Amerika, mendukung konsep “open shop” (perusahaan yang mempekerjakan baik anggota maupun non anggota serikat perkerja), yang mencegah serikat pekerja menjadi badan perwakilan eksklusif bagi seluruh pekerja. Hal ini memudahkan perusahaan menolak negosiasi kolektif serikat pekerja dan menghambat terbentuknya serikat pekerja melalui keputusan persidangan. Antara 1920 hingga 1929, keanggotaan serikat pekerja di Amerika turun dari lima juta hingga tinggal tiga setengah juta. Pekerja industri tanpa keahlian dan sedikit keahlian masih belum teroganisasi.
Hadirnya Depresi Besar mengakibatkan pengangguran dalam skala besar. Pada 1933, ada lebih dari 12 juta rakyat Amerika yang menganggur. Pertanda pertama Roosevelt tertarik pada kesejahteraan pekerja adalah ketika dia mengangkat Frances Perkins, pengacara pembela kesejahteraan sosial paling terkemuka, menjadi menteri buruh. (Perkins juga perempuan pertama yang menjabat menteri di tingkat kabinet.) Luasnya pengaruh UU Pemulihan Industri Nasional diharapkan akan mengaikkan upah pekerja, membatasi waktu kerja dalam seminggu, dan menghapus buruh anak. Yang lebih penting, UU mengakui hak karyawan “untuk mengorganisasi dan bernegosiasi secara kolektif melalui perwakilan yang mereka pilih sendiri.” J ohn L. Lewis, pemimpin Serikat Pekerja Pertambangan (United Mine Workers—UMW) yang berapi-api dan fasih beropini, lebih memahami makna Kesepakatan Baru bagi para pekerja dibanding pemimpin serikat lainnya. Denganmenekankan dukungan Roosevelt, Lewis merancang kampanye perserikatan pekerja secara besar-besaran, meningkatkan kembali keanggotaan UMW yang merosot sampai 150.000 hingga lebih dari 500.000 dalam setahun. Lewis berhasrat agar Federasi Pekerja Amerika—AFL, tempat dia duduk sebagai anggota Dewan Eksekutif, meluncurkan gerakan yang sama di seluruh industri produksi massal. Tapi AFL, dengan sejarah yang terpusat hanya pada pekerja berkeahlian tinggi, tidak mau meluncurkan gerakan itu. Setelah pertikaian internal yang getir, Lewis dan beberapa anggota lain memisahkan diri dari AFL untuk mendirikan Komisi Organisasi Industri (Committtee for Industrial Organization—CIO), yang kemudian dikenal sebagai Kongres Organisasi Industri (Congress of Industrial Organization). Kelahiran UU Hubungan Industrial Nasional pada 1935 dan sikap ramah Dewan Hubungan Industrial Nasional menempatkan kekuasaan dan wewenang pemerintah federal sebagai pendukung CIO.
Target pertamanya adalah industri mobil dan baja yang secara ekstrem anti-serikat pekerja. Pada pengujung 1936, serangkaian pemogokan duduk, diarahkan oleh Persatuan Serikat Pekerja Otomotif pimpinan Walter Reuther, berlangsung di pabrik General Motors di Cleveland, Ohio, dan Flint, Michigan. Tak lama kemudian 135.000 pekerja terlibat dalam pemogokan dan proses produksi GM pun terhenti. Karena gubernur Michigan yang bersimpati menolak mengusir paksa para pekerja, kesepakatan akhirnya dicapai pada awal 1937. Pada September tahun itu, Persatuan Pekerja Otomotif memiliki kontrak dengan 400 perusahaan yang terlibat di industri otomotif, menjamin minimum 0,75 dolar per jam dan 40 jam kerja per minggu bagi para pekerja. Enam bulan pertama keberadaan Komisi Organisasi Pekerja Industri Baja (Steel Workers Organizing Commitee—SWOC) yang dipimpin Letnan Lewis Philip Murray berhasil menghimpun 125.000 anggota. Perusahaan baja besar di Amerika, U.S. Steel, sadar bahwa masa telah berubah dan ikut menerapkan kondisi tersebut pada awal 1937. Pada tahun yang sama, Mahkamah Agung memastikan keabsahan UU Hubungan Industrial Nasional secara konstitusional. Setelah itu, perusahaan yang lebih kecil, yang biasanya lebih anti serikat-pekerja dibanding perusahaan besar, menyerah. Satu demi satu, jenis industri lainnya—karet, minyak bumi, elektronik dan tekstil—juga menyerah. Bangkitnya angkatan pekerja yang besar memiliki dua dampak jangka panjang yang penting. Hal itu menjadi inti organisasi Partai Demokrat nasional dan mendapatkan keuntungan material bagi anggotanya sehingga menghapuskan perbedaan ekonomi antara kelas pekerja dengan kelas menengah Amerika.
0 comments "BANGKITNYA SERIKAT PEKERJA INDUSTRI", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment